Wednesday, May 18, 2011

Blood Donor

- Person above 18 years of age and over 50 Kgs. in weight can donate blood once in three months.

- A normal adult has five to six liters of blood in his/her body of which only 300 ml is used during blood donation.

- This blood is replaced by your body within 24 to 48 hours!

- No special diet, rest or medicine is required after blood donation.

- The donor should not have taken any medicine in the last 48 hours.

- The donor should not have contacted jaundice in the previous three years.

- Every donor is given a medical checkup prior to donation to see if he/she is medically fit and doesn't suffer from anemia, high blood pressure etc.,

- The donor cannot contract AIDS or any other disease by donating blood.

Wednesday, May 11, 2011

Lima Tahap Menuju Kematian

Ujung dari perjalanan manusia adalah kematian. Kematian selalu mengintai manusia, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, tetapi kematian cepat atau lambat akan menghampiri setiap manusia.

Martin Heidegger, seorang filsuf asal Jerman (lahir di Meßkirch, Jerman, 26 September 1889 – meninggal 26 Mei 1976 pada umur 86 tahun) memiliki suatu gagasan "kita lahir dari kemungkinan, hidup dan bergerak menuju kemungkinan dan kemungkinan yang serba tak pasti". Perjalanan menuju masa depan memerlukan antisipasi dan orientasi. Sikap menuntut akan komitment dan keyakinan bahwa suatu saat kita dapat bangkit, walau kita tahu bahwa akhir dari hidup manusia adalah kematian, tidur sementara menanti kebangkitan pada saat kedatanganNya di ufuk timur. Perjalanan menuju kematian lebih merupakan sikap bagaimana manusia melangkah maju, melewati kemungkinan-kemungkinan kecemasan menghadapi kematian itu sendiri.
Charles A.Corr menekankan, "pentingnya pemberdayaan orang yang menghadap kematian, juga mereka yang merawatnya" Ternyata orang yang didiagnosis memiliki penyakit terminal, masih tetap bisa hidup dan melakukan aktivitas keseharian, namun harus menyesuaikan diri dengan penyakitnya"

Setiap individu yang dihadapkan akan mengalami kematian dapat menunjukkan reaksi emosi. Respons pertahanan psikologis setiap orang berbeda dalam menghadapi kematian. Oleh sebab itu pengertian dan kasih sayang sangat dibutuhkan bagi individu yang dihadapkan menuju kematian ataupun bagi keluarga yang akan ditinggalkan.

Kematian adalah tahapan paling sulit bagi manusia, tetapi kita bisa menolong serta mengerti bagaimana manusia berjuang menuju kematian. Ada beberapa tahapan yang akan dilalui setiap individu menuju kematian. Mengetahui tahapan-tahapan menuju kematian yang ditulis oleh Elisabeth Kübler-Ross, M.D. (July 8, 1926 – August 24, 2004) dalam bukunya berjudul "On Death and Dying" pada tahun 1969, dapat menolong kita untuk mengerti penderita yang sedang berjuang menghadapi kematian disaat yang sama dapat membantu keluarga yang akan ditinggalkan.

Tahap Pertama:Penyangkalan dan Pengasingan (Denial and Isolation)
Tahap dimana terjadinya respon keterkejutan sementara pasien terhadap berita buruk. Bagi beberapa orang timbul,sikap mengasingan diri dari beberapa orang, bahkan anggota keluarga. Sikap penyangkalan sehingga mengasingkan diri muncul setiap kali sang penderita mendengar perkembangan baru atau merasa bahwa dirinya tak lagi dapat bertahan lebih lanjut.

Tahap Kedua:Kemarahan (Anger)
Berbagai reaksi penderita tertuang dalam tahap ini dalam dalam bentuk ekspresi.

Bentuk Reaksi Ekspresi
1. Kemarahan kepada diri sendiri
Penderita mulai marah serta menyalahkan diri sendiri seperti "mengapa sampai saya sakit", "aku memiliki pola hidup sehat", "keluargaku semua sehat", "diet dan makananku ku jaga", dll.

2. Kemarahan kepada keluarga
Kemarahan yang mulai menyalahkan keluarga, nenek moyang atau keturunan, seperti "mengapa dulu ayah saya menikah dengan ibu saya"Tuhan, atau sebaliknya "mungkin ini penyakit kutukan dari nenek moyang", dll

3.Kemarahan kepada lingkungan
Bentuk kemarahan yang menyalahkan lingkungan seperti, "mengapa dulu kita tinggal di tempat ini", "mengapa lingkungan di tempat ini masih tetap di huni orang",dll. Apabila penderita berada di rumah sakit dia mulai menyalahkan para tenaga medis, seperti perawat, dokter, dan tenaga medis lainnya.

4. Kemarahan kepada Tuhan
Kemarahan yang sangat ditakutkan, oleh semua orang, terutama orang-orang terdekat yang hidup disekitar penderita. Kemarahan yang terjadi dengan menyalahkan Tuhan sehingga seakan-akan penderita menyalahkan Tuhan, “Mengapa harus saya?”, "koq, Tuhan kejam sekali", "koq, Tuhan tega amat sih", dll

Sikap kemarahan yang timbul akibat kecemburuan penderita kepada orang lain yang tidak menghadapi kematian, seperti dirinya. Penderita menganggap orang lain lebih pantas menerima cobaan yang sedang dialaminya. Atau ada juga yang menunjukkan sikap kecenderungan tidak peduli, berupaya menikmati hidup karena merasa akan segera meninggal.

Tahap Ketiga:Tawar Menawar (Bargaining)
Tahap tawar menawar terjadi sangat singkat. Tahap dimana penderita melakukan tawar menawar kepada Tuhannya. Sikap penderita ditunjukkan dengan berjanji, apabila kematian yang akan menimpanya dapat ditunda. Seperti "berjanji akan berbuat lebih baik apabila Tuhan menerima permohonannya", "meminta untuk menunda kematian", "apabila saya dapat hidup, saya akan melakukan....”, "izinkan saya membesarkan anak saya 5-10 tahun lagi", dll

Tahap Keempat:Depresi(Depression)
Sikap duka akibat kehilangan terjadi pada tahap depresi. Depresi dapat terjadi dalam 2 hal berbeda, seperti reaksi depresi reaktif dan reaksi depresi preparatorik.

Reaksi depresi reaktif, penderita merasakan suatu kehilangan sesuatu di masa lalu. Seperti kehilangan pekerjaan, tidak bisa melakukan hobi, terbatasnya mobilitas dan lain-lain.
Reaksi depresi preparatorik dapat berupa kehilangan sesuatu yang belum pernah terjadi,seperti kegagalan mencapai cita-cita, ketergantungan keluarga kepadanya, dan lain-lain.

Tahap Kelima:Penerimaan(Acceptence)

Beberapa penderita yang sampai pada tahap yang bukan membahagiakan dimana tahap ini dikenal juga dengan tahap kekosongan. Penderita, merasakan perasaan kosong....dan akhirnya pasrah tak berdaya atau menyerah.
Pada dasarnya, orang akhirnya setiap orang akan pasrah dan menyerah, karena kematian tak dapat dihindari.

Monday, April 4, 2011

Broca Index - Menghitung Berat Badan Ideal

Inginkah anda menghitung atau mengetahui berat badan ideal anda? Pasti semua orang mau. Siapa sih yang tidak menginkan serta mendambakan memiliki berat badan yang wajar alias tidak lebih dan tidak kurang, walau banyak faktor yang menyebabkan keinginan memiliki berat badan ideal sulit terwujud.

Ada rumus cara menghitung berat badan normal dan berat badan yang ideal versi indeks broca. Mari coba hitung dengan rumus ini, apakah anda memiliki berat badan ideal.

Mengetahui Berat Badan Normal

Berat Badan Normal = Tinggi Badan - 100

Contoh :
Jika tinggi adalah 170 cm, maka berat badan normal kita adalah 170 - 100 = 70 kg
Jadi berat badan normal anda adalah 70 kg.

Mengetahui Berat Badan Ideal

Berat Badan Ideal = (Tinggi Badan - 100) - 10% (tinggi badan -100)

Contohnya : Jika tinggi badan 170 cm, maka berat badan ideal adalah (170 - 100) - (10% x (170 - 100) = 70 - 7 = 63 kg.
Berat badan Ideal dengan tinggi 170 cm adalah 63 kg.

Note:
- Hasil > 10% - 20% disebut Kelebihan Berat Badan /Overweight
- Hasil > 20% disebut Kegemukan /Obesitas /Obesity
- Hasil =/< 10% disebut Kurus Mari kita hitung apakah kita memiliki berat badan Normal atau Ideal!