Thursday, May 27, 2010

Buah Sukun

Sukun sudah lama dikenal di tengah masyarakat Indonesia. Buahnya biasa digoreng dibuat keripik, atau direbus sebagai makanan kecil. Namun, ternyata tanaman yang tumbuh di sekitar kita tersebut mempunyai khasiat ampuh bagi kesehatan, terutama bagi jantung dan pembuluh darah.

Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Tjandrawati M Ozef, dan rekan-rekannya telah mengadakan serangkaian penelitian mengenai khasiat daun sukun. Hasil penelitian itu disampaikan Tjandrawati dalam sebuah seminar di Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan beberapa waktu lalu.

Penyakit jantung dan pembuluh darah kian menjadi permasalahan besar seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat. Pola diet tinggi lemak hewani kurangnya aktivitas fisik dan kebiasaan buruk merokok menjadi beberapa faktor risiko pemicu gangguan jantung dan pembuluh darah.

Melihat kecenderungan tersebut, para peneliti LIPI menapis 42 tanaman yang dianggap berpengaruh terhadap sistem kardiovaskular. Pilihan meneliti lebih dalam jauh kepada sukun.

Seluruh bagian tanaman sukun mengandung senyawa flavonoid. Sejumlah turunan flavon telah berhasil diisolasi dan diidentifikasi dari bagian akar dan ranting tumbuhan tersebut sebelumnya. ”Tanaman itu mempunyai flavonoid yang khas,” ujarnya.

Sukun (Artocarpus altilis) termasuk dalam famili Moraceae alias keluarga Mulberry atau lebih sering dikenal sebagai bread fruit.

Tanaman tersebut tumbuh pada daerah tropis, seperti Indonesia, Thailand, Vietnam, dan Kamboja. Tjandrawati mengungkapkan, masyarakat Indonesia secara tradisional menggunakan daun sukun untuk pengobatan penyakit hati, inflamasi, jantung, ginjal, sakit gigi, dan gatal-gatal.

Masyarakat Taiwan secara tradisional menggunakan akar dan batangnya bagi pengobatan penyakit hati dan hipertensi. ”Masyarakat menggunakan sukun untuk pengobatan dengan merebus daunnya, tetapi masih kurang diketahui kandungan khusus yang bermanfaat besar, bagaimana cara penggunaannya, dan dosisnya,” ujarnya.

Berangkat dari pengalaman empiris masyarakat tersebut, Tjandrawati tertarik meneliti lebih dalam mengenai potensi daun sukun. Melalui penelitian panjang sejak tahun 2004, tanaman sukun berhasil dibuktikan khasiatnya. Dalam penelitian itu, daun sukun dibuat menjadi ekstrak. Komponen hasil ekstraksi dengan etanol, yakni tiga senyawa flavonoid dan Beta-sitoserol tersebut yang kemudian diteliti khasiatnya.

Studi khasiat terhadap daun sukun meliputi agregasi platelet (penggumpalan trombosit), viskositas darah (kekentalan darah) dan iskemia akut (kurangnya aliran darah pada jantung).

Studi itu juga mencakup atherosclerosis (penebalan dinding pembuluh darah akibat penumpukan lemak) yang mencakup akumulasi lipid (lemak) pada aorta, dan kolesterol darah.

Uji khasiat secara in vitro (dalam lingkungan buatan) maupun in vivo (dalam tubuh hidup) terhadap ekstrak tanaman tersebut menunjukkan hasil sangat baik.

Studi in vivo, misalnya, menyimpulkan bahwa ekstrak etil asetat yang mengandung flavonoid dan Beta-sitoserol dengan perbandingan 100 mg/kg dan 20 mg/kg dapat menghambat agresi platelet, mengurangi viskositas darah, dan melindungi melindungi jantung dari iskemia yang akut.

Selanjutnya, uji khasiat ekstrak etil asetat terhadap kadar kolesterol darah dan akumulasi lemak pada dinding pembuluh darah aorta pada tikus galur Wistar menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat dosis 150 mg/ kg berat badan mampu menurunkan kadar kolesterol dalam darah secara signifikan.

Sukun juga mampu menghambat akumulasi lemak pada dinding pembuluh darah aorta. ”Tidak terjadi penimbunan lemak,” ujar Tjandrawati.

*Daya racun*

Dalam penelitian itu diuji pula daya racun dari ekstrak daun sukun tersebut. Kabar baiknya, uji toksisitas subkronis yang dilakukan selama 90 hari pada tikus putih galur Sprague Dawley menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak etil asetat daun sukun dengan dosis bervariasi, yakni dosis uji 83,33 mg/kg berat badan per hari, 166,65 mg/kg berat badan per hari, dan 333,35 mg/kg berat badan per hari tidak memengaruhi fungsi jantung, ginjal, hati ataupun profil darah.

Uji toksisitas akut pada mencit ICR jantan dan betina menggunakan dosis tinggi total flavonoid 4,5 g/kg berat badan dan Beta-sitoserol 2,5 g/kg berat badan tidak menunjukkan penurunan berat badan, bahkan berat badan cenderung naik. Observasi terhadap perilaku hewan uji selama eksperimen seperti bagaimana hewan uji berjalan, makan, minum serta dan kecerahan mata dan bulu juga tidak menunjukkan tanda-tanda keracunan.

Tjandrawati mengatakan, dapat disimpulkan bahwa pemberian dosis tinggi total flavonoid dan Beta-sitoserol pada mencit ICR tidak menunjukkan efek toksik ada hewan uji.

Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI, Sugeng Broto mengatakan, prospek dari formula yang dikerjakan oleh LIPI tersebut sangat besar lantaran nantinya dapat diproduksi sebagai obat herbal terstandar dan fitofarmaka.

Kini, LIPI aktif meneliti sejumlah tanaman yang dipandang berkhasiat. Jika ingin dikembangkan menjadi fitofarmaka, masih dibutuhkan uji klinis. Ekstrak flavonoid dan Beta-sitoserol dari daun sukun itu sendiri kini telah dipatenkan.

Kompas - Selasa, 11 Mei 2010

Tuesday, May 25, 2010

Janji Seorang Perawat

1. Saya berjanji akan melaksanakan tugas saya sebaik-baiknya menurut undang-undang yang berlaku dengan penuh tanggung jawab dan kesungguhan

2. Saya berjanji akan menjalankan tugas atas dasar kemanusiaan, tidak akan membeda-bedakan pangkat, kedudukan, bangsa, golongan dan agama.
3. Saya berjanji dalam menjalankan tugas atas akan membina kerjasama, keutuhan dan kesetiakawanan dengan teman sejawat.

4. Saya berjanji tidak akan menceritakan kepada siapapun. Segala rahasia yang berhubungAn dengan tugas saya, kecuali jika diminta pengadilan untuk keperluan kesaksian.

Wednesday, May 12, 2010

Overtime/Lembur Meningkatkan Resiko Penyakit Jantung

Baru-baru ini di Inggris dilakukan sebuah riset terhadap 6.000 pekerja sipil di Inggris orang-orang yang gila bekerja atau orang yang sering bekerja lembur dengan menghabiskan waktu 10 hingga 11 jam sehari. Hasilnya adalah mereka berisiko lebih tinggi mengalami sakit jantung.

European Heart Journal edisi online mempublikasikan kesimpulan dari hasil analisa bahwa mereka yang menambah waktu tiga hingga empat jam sehari untuk bekerja lembur berisiko 60 persen lebih tinggi menderita sakit jantung. Angka ini muncul setelah memperhitungkan berbagai risiko penyakit, termasuk kebiasaan merokok.

Dari data studi terungkap, ada 369 kasus kematian responden akibat penyakit jantung. Mereka meninggal akibat mengalami serangan jantung ataupun angina pectoris. Jumlah waktu yang dihabiskan saat lembur pun memiliki kaitan erat dalam banyak kasus.

Mengapa hal ini bisa terjadi karena erat sekali hubungannya dengan mereka yang sering bekerja lembur hanya memiliki sedikit waktu untuk berolahraga, relaksasi, ataupun melepas lelah.

Para pekerja yang suka lembur adalah orang-arang lebih mementingkan karier, makanya dia gunakan waktu lebih banyak untuk lembur. Orang-orang yang suka lembur adalah mereka yang memiliki tipe kepribadian "tipe A" dengan ciri-ciri agresif, ambisius, dan pemarah. Karena, menggunakan waktu lebih banyak untuk lembur dan bekerja keras biasnya akan lebih rentan terhadap stres, rasa cemas, dan depresi.

Berdasarkan temuan para ahli akhirnya kahirnya mereka membawa sebuah pesan yaitu pentingnya keseimbangan antara hidup dan pekerjaan bagi kesehatan.

Gunakan waktu istirahat, tidur harian pemberian sang pencipta dengan sebaik-baiknya. Karena Dia ciptakan malam untuk beristirahat agar kita dapt untuk mempersiapkan diri dengan tenaga maksimal pada esok hari.
Keseimbangan antara bekerja dan istirahat tidur sangat diperlukan!

BACA ARTIKEL LAINNYA:

Tidur Merupakan Istirahat Harian Pembarian Dari Sang Pencipta

Istirahat sangat identik dengan tidur. Ternyata tidur sangat besar fungsinya. Tidur sebetulnya tidak tergantikan, namun karena aktivitas padat seringkali waktu tidur yang berkualitas sulit didapatkan. Tubuh sangat tergantung pada jadwal tidur yang regular. Jadi, cobalah untuk tidur dan bangun di saat yang sama setiap hari. Hal ini berarti kita tidak boleh membiarkan diri tidur hingga siang hari di akhir minggu atau saat libur.

Tubuh manusia memerlukan istirahat harian. Hasil berbagai penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur akan menimbulkan dampak negatif, termasuk meningkatnya risiko diabetes, kegemukan, kelesuan di sekolah, kecelakaan lalulintas, cedera dan kematian, bahkan kelainan jiwa. Jam kerja pilot, petugas pengatur penerbangan dan dokter jaga diatur ketat, dengan membuat jadwal kerja dan istirahat yang terperinci. Dahulu kala, ketika belum ada lampu listrik, orang akan secara otomatis tidur jika hari telah gelap dan bangun ketika telah terang.

Tidur terdiri dari dari 2 fase yaitu,
1.Fase REM (Rapid Eye Movement)
Meliputi 20-25% dari seluruh waktu tidur
Pada fase keadaan dimana seseorang masuk ke dalam mimpi, yang selama satu siklus tidur akan mengalami 4-6 kali mimpi, yang mungkin akan diingat atau tidak saat terbangun keesokan harinya. Pada fase ini, semua kemampuan gerak otot hilang sama sekali. Kemudian fase akan kembali ke N2 dan berulang-ulang.

2. Fase REM (Rapid Eye Movement)
Fase ini terbagi dalam 3 keadaan, yaitu:
- Keadaan N1, adalah sekitar 5% dari seluruh waktu tidur
Keadaan dimana orang mulai merasa mengantuk, perlahan-lahan mulai tertidur akan tetapi masih sangat mudah terbangun atau masih merasa mendengar pembicaraan orang di sekitarnya atau suara radio atau TV yang menyala.

Tak lama kemudian tidur akan masuk
- Keadaan N2, adalah paling banyak di antara fase-fase lainnya yaitu 50% dari seluruh waktu tidur.
Pada keadaan ini masih bisa dapat dibangunkan dengan sentuhan atau panggilan yang berulang-ulang, meskipun benar-benar sudah dalam keadaan tidur.

- Keadaan N3, adalah keadaan 20-25% dari ke seluruhan waktu tidur.
Kurang-lebih sepuluh menit dari fase N2, maka akan sulit sekali untuk dibangunkan. Inilah keadaan tidur paling dalam, tanpa mimpi dan akan timbul disorientasi atau kebingungan saat terbangun.

Penelitian yang dilakukan di laboratorium perihal tidur menunjukkan bahwa ada perbedaan dalam kebutuhan akan tidur. Orang dewasa membutuhkan tidur selama 6-9 jam per malam. Tidur yang cukup ditandai oleh perasaan segar dan siaga sepanjang hari tanpa rasa mengantuk atau lesu.

Mereka yang bertahan terjaga (tidak tidur) selama 17-19 jam akan memiliki tingkat performa yang sebanding dengan orang yang mabuk.

Kesimpulannya adalah bahwa tidur merupakan salah satu kebutuhan biologis yang harus dipenuhi oleh setiap orang selain makan dan bernapas. Sebagian besar waktu hidup seseorang dihabiskan dengan tidur. Bayangkan saja, untuk orang dewasa muda yang usianya berkisar 20-30 tahun, kebutuhan tidur yang harus dipenuhi berkisar 8,5 - 9,25 jam per harinya. Artinya, dari 24 jam sehari sekitar 1/3 hari dihabiskan untuk tidur.

Dalam dunia modern ini kita cenderung tergoda untuk bekerja melebihi takaran sehat. Penemuan ilmiah yang menyatakan bahwa tubuh bekerja dengan siklus 24 jam per hari dengan melepaskan hormon tertentu pada waktu yang tertentu sepanjang hari, mendukung pernyataan Mrs.E.White: “Tidur sebelum tengah malam lebih bermanfaat daripada setelahnya. Tidur nyenyak dua jam sebelum jam 12 tengah malam lebih berharga dari empat jam setelah jam 12 malam.”—Ellen G. White, Manuscript Releases,vol. 7, hlm. 224.
Tidur adalah pemberian Allah yang luar bisa bagi manusia, gunakan waktu tidur dengan sebaik-baiknya, untuk menikmati istirahat harian yang sudah diciptakan bagi manusia.

Bertambah Usia Penyakit Kencing Manis Dapat Terjadi

Pada akhirnya pada sebagian orang pada akhirnya akan cenderung menderita diabetes-2 atau sakit gula karena usia. Hal ini disebabkan oleh karena bertambahnya usia, kurangnya aktifitas, bertambahnya berat badan, meningkatnya kolesterol,adanya tekanan darah tinggi, apalagi apabila memiliki keturunan keluarga menderita diabates.

Mengapa dengan bertmabahnya usia maka kecenderungan untuk terkena diabetes melitus tahap 2 dapat terjadi? Dengan bertambahnya usia maka kemampuan kelenjar pancreas akan menurun. Kelenjar pankreas adalah memiliki tugas untuk menghasilkan insulin dalam tubuh. Dengan menurunnya kemampuan kerja kelenjar pankreas akibat dari bertambahnya usia maka akan menurun juga kemampuan sel otot dan hati untuk mengubah gula dalam darah menjadi gula yang dapat disimpan dalam hati, sehingga mengakibatkan berkurang atau tidak peka lagi terhadap insulin atau resisten terhadap insulin. Akibatnya adalah gula akan beredar dan meningkat dalam aliran darah jadi seakan akan penderita berenang dalam larutan gula dan menimbulkan gejala diabetes berupa:

Gejala-Gejala Diabetes
Dikenal dengan 3 P, yaitu:
- Banyak makan (Polypahgia)
- Banyak minum (Polydipsia)
- Banyak kencing (Polyuria)
- Kehilangan berat badan

Akibat dari ketidakmampuan tubuh menghasilkan insulin atau tidak peka terhadap insulin maka secara berangsur-angsur gula darah naik biasanya sekitar usia 45 tahun -50 tahun.

Disebut Diabetes-2 Dapat Didiagnosa Melalui Dua Kali Pengambila Darah saat puasa kurang lebih 8-12 jam, atau malam sebelumnya, bisa dikategorokan menderita Diabets Melitus Tahap 2.
- Gula Darah Puasa >=7.8 mmol/L(>=140 mg/dL)

Komplikasi Diabetas Melitus/kencing manis-2 umumnya adalah,
- Gangguan Jantung
- Gangguan Ginjal
- Stroke
- Gangguan syaraf
- Amputasi, apabila terjadi luka di jari kaki. Pada kaki sering terjadi ganggren atau pembusukan yang berbau busuk sehingga harus diamputasi.

Pencegahan Sangat Penting, dengan,
- Olah raga secara teratur berjalan kaki 30 menit setiap hari.
- Mengatur pola makan, makan makanan rendah gula, garam dan cukup protein
- Jaga kebersihan kaki
- Kontrol gula darah secara teratur. Apalagi apabila sudah ada gejala-gejala pra-kencing manis....

Semoga berguna!